OLAHRAGA itu butuh proses. Sepakbola, butuh perjalanan proses. Prestasi bukan ujug-ujug dapat diraih. Kalimat ini, bagi banyak pihak, bisa dianggap penghibur. Bisa juga dianggap alibi, setelah timnas U23 kita kalah lagi di final AFF dari Vietnam, 0-1.
Saya menghormati semua pendapat. Sah saja kita berbeda. Namun sejauh-jauhnya perbedaan, tujuannya tentu untuk perbaikan agar satu hari nanti prestasi besar, bisa dicapai.
Saat ditanya Windy Welingtonia, host Apa Kabar Indonesia Malam, tvone, beberapa saat jelang partai final, Selasa (29/7/25) malam, saya tegaskan: “Melawan Vietnam, berat dan berat sekali,”
Ini bukan tanpa alasan. Bukan juga semata-mata karena Vietnam adalah juara bertahan, dua kali berturut-turut juara, 2022 dan 2023, tapi lebih pada soliditas dan kerasnya gaya main mereka. Dan, terpenting, timnas kita selalu punya beban berlebih jika bertemu dengan Golden Star Warriors alias Vietnam.
Sejak lama, timnas kita di semua lapisan, selalu dianggap musuh bersama tidak hanya oleh Vietnam, tapi juga Thailand dan Malaysia. Bagi mereka, ‘sepertinya’ kalah lawan siapa pun tidak masalah, asal tidak dari timnas Garuda.
Meski ada perasaan sedih karena anak-anak kita gagal mengulang keberhasilan juara 2019, juga gagal menghentikan dominiasi Vietnan, saya kembalikan ke petjalanan proses. Tak akan ada prestasi tanpa proses. Tak ada proses tanpa keseriusan. Tak ada keseriusan tanpa kemauan.
Jadi, kegagalan ini (meski telah berulang) tapi inilah proses itu. Gerald Marvin Vandenberg, pelatih asal Belanda, belum sekali pun melakulan uji coba internasional. Dan, jangan lupa, anak-anak ini telah lebih dari dua tahun berada di tangan Shin Tae-yong. Kita tahu, STY dan Vandenberg berbeda pola dan strateginya.
Sekali lagi, jika hanya melihat skor 0-1, ada rasa kecewa, pasti. Dan, jika melihat kasus ini berulang, rasa kecewa bisa lebih tinggi lagi.
Tapi, sekali lagi, ini bukan kalimat hiburan, namun fakta yang tak terbantahkan. Vandenberg, belum genap enam bulan, meracik strategi, menguban pola permainan. Dari gaya counter attack ala STY ke total attacking. Jadi, semua butuh waktu.
Finishing dan Before finishing sangat perlu diperbaiki. Kata mantan Kapten PSSI Garuda, Aji Ridwanmas, kreativitas menjelang finishing masih sangat kurang. Untuk itu, anak-anak perlu ditingkatkan kreativitasnya di sektir itu agar dapat mempertajam garis depan.
Melihat dua laga terakhir, menang adu penalti melawan Thailand di semifinal dan kalah dari Vietnam di final, saya yakin tim ini akan mencapai prestasi sebagaimana yang kita harapkan. Sea Games dan Piala Asia di akhir tahun adalah tujuan yang wajib kita raih dengan gemilang.
Semoga….
M. Nigara
Wartawan Sepakbola Senior