TIDAK ada yang mudah, tapi, tak ada yang tidak mungkin. Pepatah ini rasanya tepat jika saya sematkan untuk Ryan Garcia, juara dunia tinju interim lightweight WBC asal Los Alamitos, California, Amerika. Lebih dari separuh pakar dan mantan juara dunia menyebut Garcia akan takluk di tangan Gervonta Davis, juara dunia Lightweight WBA, Sabtu (22/4/2023) waktu Las Vegas, Nevada, Amerika atau Ahad (24/4/23) pagi, waktu Indonesia Barat.
Di atas kertas, Garcia memang sulit mengatasi gempuran Davis. Selain power punch (bobot pukulan) Davis lebih dahsyat, speed (kecepatan) nya juga luar biasa. Selain itu, daya tahan Davis pun, terbilang mumpuni.
Tapi, tinju bukan melulu tentang bobot pukulan, kecepatan gerakan, dan daya tahan atas pukulan. Kemenangan membutuhkan kecerdasan. Kemenangan memerlukan kecermatan. Kemenangan mengutamakan kesabaran. Kemenangan juga berkaitan dengan keberuntungan. Dan, di tinju pro, kemenangan juga memprioritaskan keuntungan bisnis.
Ingat Michel Moorer, mantan juara dunia tinju kelas berat. Teknik tinggi, powe dahsyat, kecepatan luar biasa. Tapi, tak ada sensasi yang muncul, maka Moorer tenggelam dalam kesepian.
Dan, tanpa itu, maka tak sepotong pun kemenangan bisa diraih.
Berkaitan dengan itu, Garcia harus cerdas, cermat, dan sabar. Davis tidak percuma berjuluk Tank, dia tangguh, kuat, sekaligus mampu melumpuhkan lawan dalam jarak dekat (in fight) atau juga jarak jauh. Nah, Garcia harus mampu memanfaatkan lebar ring. Ia harus meniru gaya Manny Pacquiao yang bisa mengitari ring sambil melepaskan pukulan penjaga. Atau Garcia juga wajib meniru gaya Ali yang menerapkan hit and run (masuk, menusuk, dan keluar). Meski begitu, Garcia juga harus tetap hati-hati. Maklum, senjata Tank, bisa melesat secepat kilat dan sangat mematikan.
Jadi, meski kecil kemungkinan Garcia mampu menerapkan pola itu, kesempatan untuk menang tetap ada. Namun, mencermati pola dan gaya yang dimiliki Davis alias si Tank yang akan memaksa permainan jarak pendek, Garcia bisa kelimpungan.
Seperti kata pepatah di atas, pemenang sesungguhnya masih harus kita tunggu. Secara teori hitung dagang, jika laga berakhir dengan kemenangan Davis, tak ada kejutan. Sementara jika Garcia yang menang, maka kejutan besar akan terjadi. Jika kita bicara bisnis, kejutan-kejuran itulah yang dibutuhkan. Bahkan laga draw pun sudah menjadi pubdi-pundi sangat besar menunggu di laga remach. Jika sekarang saja promotor sudah hampir dipastikan dapat mengolek di atas Rp 1 triliun rupiah, bagaimana lagi jika pertarungan ulang dengan bumbu-bumbu atau drama menuju ke arah itu sangat dramatis.
Jangan lupa, tinju pro bukan olahraga biasa. Tinju pro di Amerika khususnya adalah sportainment. Tinju pro sepenuhnya bisnis yang menggiurkan.
Sayang para penggila tinju tanah air tak dapat menikmati laga itu secara langsung.
You must be logged in to post a comment Login