HANYA ada dua event yang bisa menyihir dunia. Sesibuk apa pun warga bumi, begitu dua peristiwa ini terjadi, semua seolah terhenti. Perang dan Olahraga, keduanya mampu menghentikan segalanya.
Bill Clinton, Presiden Amerika ke-42 (1993-2001), saat final Piala Dunia 1994, Brasil vs Italia, di Stadion Rose Bowl, Pasadena, California, mengungkapkan kekagumannya pada event FIFA. “Saat ini, dunia terhenti. Semua mata, tertumpu dan tertuju ke Rose Bowl untuk menyaksikan final Piala Dunia,” begitu katanya kala itu.
Masih kata Clinton, awalnya dia berpikir hanya perang yang bisa menyita perhatian dunia. “Tapi, sekarang, saya yakin olahraga, khususnya sepakbola, mampu menaklukkan dunia bahkan tanpa ada kerusakan apa pun.”
Ya, Clinton sama sekali tidak keliru. Jika sepakbola menyihir dunia dengan jumlah personil yang banyak, ada satu atlet yang jauh lebih dahsyat, itu juga masih pujian Clinton.
Dia seorang diri. Ucapan dan tindakannya telah mengubah dunia. Ya, dia adalah Muhammad Ali, juara tinju dunia kelas berat. Tanpa bantuan siapa pun, Ali mampu membuat lebih dari separuh bumi berhenti. Saat Ali menari-nari di atas ring, miliaran pasang mata tertuju hanya untuk dia.
Dari fakta itu, saya tak sungkan mengatakan bahwa menjadi wartawan olahraga adalah bagian ternikmat dalam meniti karir jurnalistik. Bayangkan, ketika sepakbola dunia dan Ali berlaga di atas ring, kita, wartawan olahraga, ikut ada di dalamnya. Sedikit atau banyak, langsung atau tidak langsung, pena kita ikut menjadi bagian yang menyihir dunia.
Nikmatnya Meliput
Sekalu lagi, saya tak ragu untuk mengatakan bahwa betapa nikmatnya menjadi wartawan olahraga. Sejak Desember 1979 hingga saya resmi pensiun sebagai wartawan olahraga yang meliput langsung dari lapangan, Mei 2012, berjuta kenikmatan, sudah saya raih.
Berbagi kenikmatan itu, saya coba tuliskan untuk para penerus. Pengalaman yang mudah-mudahan bisa dijadikan sebagai pendorong untuk meraih cita-cita menjadi wartawan hebat, jauh lebih hebat dari saya.
Banyak event sudah saya liput. Puncaknya dua kali Babak Final Piala Dunia, Italia 1990, Amerika 1994, Piala Eropa, Swedia 1992. Kata para wartawan sepakbola, maaf, meluput Piala Dunia seperti kita umat Islam menynaikan haji. Dan meliput Piala Eropa, juga seperti kita umrah. Pasti tidak tepat betul perumpamaan itu, hanya sekadar ingin mengatakan bahwa meliput PD dan PE adalah anugrah terbesar bagi seorang wartawan seoakbola.
Bertemu bintang-bintang dunia
Saat meliput sepakbola di Piala Dunia 1990, Italia, saya berkesempatan bertemu dengan Michele Platini, bintang Perancis. Begitu juga saat Piala Eropa, Swedia, 1992. Saya bertemu dengan Eric Cantona, Thomas Brolin dan lain-lain.
Selain itu, saya juga beruntung dapat kepercayaan 13 kali meliput Kejuaraan Tinju Dunia. Saat masih di BOLA, 1993, ke Meksiko City, meliput Kejuaraan dunia tinju kelas Light Welterweight WBC, Julio Cesar Chaves vs Greg Haugen.
Ini menjadi liputan pertama saya ke luar negeri. Di dalam negeri, saya juga pernah meliput Kejuaraan Dunia tinju Super Lightweight WBC, Saoul Mamby vs Thomas Americo, 1981. Juga ketika Ellias Pical merebut gelar juara dunia kelas Bantam IBF dari tangan Ju-do Chun, 3 Mei 1985.
Seorang sahabat Victor Fernandez, membantu saya di Meksiko City. Ketika banyak wartawan kesulitan, saya justru dipertemukan dengan Chavez lewat sang kakaknya yang bersahabat dengan Victor.
Di luar dugaan, saya mampu mewawancarainya secara khusus, sesuatu yang sangat mustahil dilakukan oleh wartawan dari negeri yang amat jauh. Bahkan saya pun diberi kesempatan untuk mewawancari Don King. Saat itu saya srperti terbang je bulan. Saya menjadi satu-satunya wartawan Indonesia yang dapat mewawancarai promotor berambut Jambul itu.
Masih dari dunia tinju, saya diberi tugas meliput Mike Tyson vs Peter McNeelly, Las Vegas 1995. Lalu, Evander Hollyfield vs Mike Tsyon II, Las Vegas, 1997. Kemudian George Foreman vs Michel Moorer, Las Vegas, 1994. Dan, terakhir Oscar De La Hoya vs Shane Mosley, Steple Center, Down Town, Los Angeles, 2000.
Sungguh, satu masa indah yang tidak mungkin dapat saya ulangi lagi. Satu perjalanan yang membuat saya bisa tersenyum lebar jika mengenangnya. Pengalaman yang tak banyak bisa diraih oleh rekan-rekan saya.
Semoga bermanfaat….
M. Nigara
Wartawan Olahraga Senior